Pelitadigital Sport – Kekalahan telak 0-5 dari Paris Saint-Germain (PSG) di partai puncak Liga Champions 2025 tak membuat posisi Simone Inzaghi di kursi pelatih Inter Milan terguncang. Presiden klub, Beppe Marotta, menegaskan bahwa kepercayaan terhadap Inzaghi masih tetap utuh, meski malam di Allianz Arena berubah menjadi mimpi buruk bagi skuat Nerazzurri.

Berbeda dari final edisi sebelumnya yang berlangsung ketat saat menghadapi Manchester City, Inter kali ini terlihat inferior sejak menit pertama. PSG tampil mendominasi dan menggulung Inter tanpa ampun, menciptakan sejarah sebagai salah satu kemenangan terbesar di final kompetisi antarklub Eropa itu.

Meski demikian, Marotta meminta publik melihat gambaran besar dari perjalanan Inter sepanjang musim. Menurutnya, mencapai final dengan menyingkirkan tim sekelas Bayern Munich dan Barcelona merupakan pencapaian besar yang layak diapresiasi.

“Ini malam negatif dimana lawan mengungguli kami di semua aspek, jadi kami angkat topi untuk mereka,” ujar Marotta kepada Sky Sport Italia.

“Hasil ini tidak boleh mengubah pandangan kami terhadap musim secara keseluruhan, termasuk perjalanan hingga final Liga Champions. Ini penampilan yang buruk. Kami minta maaf atas penampilan ini dan untuk banyak fans yang datang ke sini,” tambahnya.

Simone Inzaghi Tetap Dipercaya

Banyak pihak berspekulasi masa depan Inzaghi bakal digoyang usai kekalahan memalukan tersebut. Namun, Marotta menegaskan tidak ada evaluasi ulang terhadap sang pelatih. Bagi manajemen, Inzaghi tetap bagian penting dari proyek jangka panjang klub.

“Tidak ada sama sekali perubahan evaluasi. Kami sudah mengatakan akan bertemu dengan Inzaghi minggu depan, dia masih punya kontrak satu tahun dan telah membuktikan selama empat tahun terakhir bahwa dia pantas berada di sini dan banyak pencapaian kami dalam periode ini berkat dirinya,” tegas Marotta.

Presiden klub itu juga menyoroti kerja keras skuat Inter yang telah menjalani 59 pertandingan sepanjang musim. Menurutnya, satu hasil buruk di partai final tak semestinya menghapuskan konsistensi dan dedikasi mereka selama berbulan-bulan.

Realita Finansial Sepak Bola Italia

Lebih jauh, Marotta juga menyinggung tantangan yang dihadapi klub-klub Italia dalam bersaing di level tertinggi Eropa. Ketimpangan finansial menjadi salah satu kendala utama dalam membangun skuat kompetitif yang mampu berbicara banyak di Liga Champions.

“Italia bukan lagi surga sepakbola dimana semua orang dulu berlari ke sini. Ini dianggap sebagai batu loncatan, dengan pemain terbaik datang hanya untuk kemudian tergoda oleh gaji yang sama sekali tidak bisa kami tawarkan,” ungkap Marotta.

“Termasuk klub seperti PSG yang bisa bekerja dengan anggaran tak terbatas. Tapi kami tidak ingin menggunakan itu sebagai alibi. Produk made in Italy masih bisa mencapai final, dibantu dengan sekolah pelatih Italia, tapi jelas ada tim yang lebih mungkin menjadi favorit,” pungkasnya.

Penutup

Kekalahan di Munich menyakitkan, namun Inter Milan memilih tetap berpikir jernih. Klub menunjukkan kedewasaan dalam mengevaluasi musim secara keseluruhan, alih-alih tergesa-gesa melakukan perubahan. Kepercayaan terhadap Simone Inzaghi dan kesadaran akan realita finansial menjadi kunci arah masa depan klub.

Bagi Inter, malam kelam di final bukanlah akhir, melainkan pelajaran mahal untuk melangkah lebih kuat di musim berikutnya.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *