
Pelitadigital Sport – Insiden tak biasa terjadi dalam laga PSM Makassar kontra Persija Jakarta pada lanjutan Super League 2025/2026. Kapten PSM, Yuran Fernandes, menjadi sorotan usai menolak berjabat tangan dengan wasit sebelum kick off di Stadion BJ Habibie, Parepare (21/9/2025). Aksi tersebut akhirnya berbuntut sanksi dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
Kronologi Insiden di Stadion BJ Habibie
Tradisi jabat tangan sebelum pertandingan dimulai sejatinya menjadi simbol sportivitas dalam sepak bola profesional. Namun, Yuran Fernandes justru menyalahi tradisi tersebut.
Ketika para pemain Persija yang dipimpin kapten Rizky Ridho berjabat tangan dengan wasit utama Sance Lawita beserta asisten wasit Umar, Mardiyono, dan Pipin Pratama, Yuran memilih langsung melewati mereka. Ia hanya menyapa rekan setimnya dan melakukan tos tanpa sedikit pun menoleh ke arah perangkat pertandingan.
Tak berhenti di situ, momen kedua terjadi saat tos penentuan sisi lapangan. Wasit Sance kembali mencoba mengulurkan tangan, tetapi Yuran lagi-lagi menolak. Ia tetap berinteraksi dengan rekan setim tanpa menanggapi salam dari perangkat pertandingan.
Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari sang pemain mengenai alasan di balik penolakannya tersebut.
Komdis PSSI Turunkan Sanksi Tegas
Komdis PSSI menilai tindakan Yuran Fernandes melanggar Pasal 50 Ayat 1 huruf a dan Pasal 50 Ayat 2 Kode Disiplin PSSI 2025. Aturan itu dengan jelas mengatur sanksi bagi pemain yang melakukan tindakan tidak sportif terhadap perangkat pertandingan.
Sebagai konsekuensi, Yuran dijatuhi hukuman larangan bermain sebanyak empat laga serta denda finansial sebesar Rp50 juta. Keputusan ini diumumkan pada 26 September 2025, hanya sehari sebelum PSM dijadwalkan menghadapi PSIM Yogyakarta.
Dampak bagi PSM Makassar
Hukuman ini jelas menjadi pukulan bagi PSM Makassar. Sebagai kapten sekaligus pemain kunci di lini belakang, absennya Yuran dalam empat laga akan sangat memengaruhi stabilitas pertahanan tim.
Selain itu, kasus ini menjadi perhatian publik karena menyangkut citra sportivitas sepak bola Indonesia. PSSI menegaskan aturan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, demi menjaga marwah kompetisi yang sehat dan profesional.
Pentingnya Menjaga Sportivitas di Sepak Bola
Kejadian yang menimpa Yuran Fernandes menjadi pengingat bahwa sepak bola bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga etika dan sikap di lapangan. Ritual sederhana seperti jabat tangan memiliki makna mendalam sebagai bentuk penghormatan terhadap lawan dan perangkat pertandingan.
Dengan sanksi ini, diharapkan seluruh pemain dapat lebih berhati-hati dalam bersikap serta menempatkan sportivitas sebagai prioritas utama dalam setiap laga.
Aksi penolakan jabat tangan Yuran Fernandes berujung pada sanksi tegas: larangan bermain empat pertandingan dan denda Rp50 juta. Meski kontroversial, keputusan Komdis PSSI ini sekaligus menjadi pesan keras agar setiap pemain menjunjung tinggi nilai sportivitas di lapangan.