Pelitadigital Sport – Pertandingan pekan ke-16 BRI Liga 1 2024/2025 antara PSM Makassar dan Barito Putera di Stadion Batakan, Minggu (22/12/2024), menyisakan kejanggalan yang memicu sorotan tajam. Dalam laga yang berakhir dengan kemenangan dramatis 3-2 untuk PSM Makassar, tim berjuluk Pasukan Ramang tersebut sempat bermain dengan 12 pemain selama 43 detik.

Insiden ini menimbulkan kontroversi dan potensi sanksi berat dari PSSI. Bagaimana kronologi kejadian ini, dan apa implikasinya bagi PSM Makassar? Berikut ulasan lengkapnya.

Kronologi: Pergantian Pemain yang Berujung Kejanggalan

Pertandingan berlangsung sengit sejak awal. PSM Makassar unggul berkat dua gol dari Alosio Neto pada menit ke-56 dan ke-84, serta tambahan gol dari Nermin Haljeta pada menit ke-74. Sementara itu, Barito Putera mencetak dua gol melalui Rahmat Beri Santoso (31’) dan penalti Alhaji Gero (90’). Namun, insiden yang paling mencuri perhatian terjadi di masa injury time.

Pada menit ke-90+6, gelandang PSM, Akbar Tanjung, mengalami cedera dan harus ditandu keluar lapangan. Beberapa saat kemudian, kiper PSM, Reza Arya Pratama, memberi isyarat kepada wasit Pipin Indra Pratama untuk melakukan pergantian pemain.

Namun, pergantian ini berlangsung tidak terkoordinasi dengan baik. Daffa Salman masuk lebih dulu untuk menggantikan Akbar Tanjung, diikuti oleh Muhammad Arham Darmawan, yang berlari langsung ke kotak penalti karena Barito Putera sedang bersiap melakukan tendangan sudut. Selanjutnya, Achmat Fahrul Aditia juga masuk lapangan.

Kejanggalan terjadi ketika bek PSM, Syahrul Lasinari, yang seharusnya keluar, memutuskan tetap berada di lapangan. Akibatnya, PSM bermain dengan 12 pemain mulai menit ke-98 detik ke-33 hingga menit ke-99 detik ke-16.

Respons Barito Putera: Protes yang Tak Digubris

Gelandang Barito Putera, Nazar Nurzaidin, sempat mengangkat tangan untuk mengingatkan wasit bahwa PSM memiliki 12 pemain di lapangan. Namun, protes tersebut tidak mendapat respons dari wasit. Saat peluit panjang ditiup, pemain Barito Putera, termasuk Tegar Infantrie dan Bagas Kaffa, menghampiri wasit untuk menyampaikan protes keras.

Keributan pun tak terhindarkan. Pemain kedua tim terlibat adu argumen, bahkan beberapa di antaranya terlihat saling dorong. Meski demikian, wasit tetap mengesahkan kemenangan PSM Makassar dengan skor akhir 3-2.

Potensi Sanksi untuk PSM Makassar

Insiden ini berpotensi membawa konsekuensi serius bagi PSM Makassar. Berdasarkan Kode Disiplin PSSI 2023, Pasal 56 tentang Pemain Tidak Sah menyebutkan bahwa:

“Apabila seorang pemain yang tidak sah sebagaimana dalam ayat 1 bermain di pertandingan resmi, maka timnya akan dijatuhi sanksi dinyatakan kalah dengan pemotongan poin pada pertandingan tersebut sesuai dengan Pasal 28 Kode Disiplin PSSI dan denda minimal Rp90 juta.”

Jika PSSI memutuskan untuk menjatuhkan sanksi, PSM bisa dinyatakan kalah 0-3, dan tiga poin mereka di pertandingan ini akan dikurangi dari klasemen. Selain itu, mereka juga terancam denda minimal Rp90 juta.

Pasal 28: Sanksi Kekalahan dan Pengurangan Poin

Mengacu pada Pasal 28 Kode Disiplin PSSI, jika sebuah tim dinyatakan kalah karena pelanggaran jumlah pemain, maka aturan berikut berlaku:

  1. Dinyatakan Kalah 0-3: Jika tim yang melanggar kalah dengan selisih gol lebih besar dari 0-3, maka hasil tersebut tetap berlaku.
  2. Pengurangan Poin: Tim yang bersangkutan akan kehilangan tiga poin dari klasemen resmi.

Dengan demikian, jika sanksi diterapkan, kemenangan PSM atas Barito Putera dapat dianulir, dan posisi mereka di klasemen Liga 1 akan terpengaruh.

Apa Kata Pakar?

Beberapa pengamat sepak bola menilai insiden ini mencerminkan kelemahan koordinasi perangkat pertandingan. Agus Setiawan, analis Liga 1, menyebut bahwa kesalahan pergantian pemain seharusnya bisa dihindari jika wasit dan ofisial keempat lebih teliti.

“Peran wasit dan ofisial sangat krusial dalam mengatur pergantian pemain. Insiden seperti ini bukan hanya merugikan lawan, tetapi juga mencoreng profesionalisme kompetisi,” ujar Agus.

Pelajaran untuk Sepak Bola Indonesia

Kejadian ini menjadi peringatan penting bagi seluruh pihak yang terlibat dalam sepak bola Indonesia, mulai dari perangkat pertandingan hingga klub. Koordinasi yang buruk tidak hanya merugikan tim lawan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang integritas dan profesionalisme Liga 1 sebagai kompetisi tertinggi di Tanah Air.

Bagi PSM Makassar, kemenangan ini mungkin dirayakan di lapangan, tetapi potensi sanksi bisa menjadi pukulan telak jika terbukti bersalah. Sementara itu, Barito Putera layak mendapatkan apresiasi atas perjuangan mereka, meski harus menerima hasil pahit.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *